Halo, nama saya Tjutju. Kegiatan sehari-hari saya adalah sebagai ibu rumah tangga. Saya ingin berbagi kisah yang saya alami beberapa tahun terakhir, pengalaman sakit sendi lutut tahunan yang cukup mengganggu hidup saya. Semoga kisah yang saya bagikan dapat menjadi pembelajaran berharga untuk Anda yang membaca.
Di usia saya yang sudah memasuki kepala 6 yang mana sudah tidak bisa lagi dibilang muda, saya harus rajin menjaga kesehatan. Salah satu hal yang bisa saya lakukan adalah berolahraga ringan. Untuk itu, saya melakukan aerobik dalam seminggu bisa 3-4 kali.
Selama ini belum pernah ada masalah kesehatan berarti yang saya rasakan. Namun usia tidak bisa bohong, mobilitas saya semakin hari semakin menurun.
Awalnya saya kira hanya sakit lutut biasa saja, jadi saya putuskan untuk menempel koyo saja pada bagian yang sakit. Lumayan untuk mengurangi rasa sakit yang saya rasakan. Tapi ternyata semakin hari rasa sakit itu tidak kunjung hilang, saya harus terus-terusan menempel koyo pada bagian lutut saya yang sakit.
Hingga akhirnya pada suatu hari sakit pada sendi lutut saya menjadi semakin parah, sampai saya jalan pun harus terseret-seret. Kegiatan yang harusnya biasa bisa saya lakukan dengan mudah dan menyenangkan, kini menjadi momok menyeramkan bagi saya. Ketika harus berjalan agak jauh, saya sudah membayangkan betapa menderitanya melakukan kegiatan tersebut.
Saya jadi tidak bisa melakukan aerobik rutin lagi setiap minggunya. Saya juga tidak bisa menemani cucu saya yang ingin bermain dan pergi jalan-jalan di mal. Jangankan untuk jalan ke mal, sekedar berjalan ke rumah tetangga di sebelah rumah saja sudah sangat melelahkan dan menyakitkan bagi saya. Kondisi seperti ini membuat saya sangat sedih.
Lalu kemudian anak saya membujuk saya untuk periksa ke dokter. Selama ini saya bukan tidak mau ke dokter, tapi pengalaman pertama saya memeriksakan sendi lutut saya sangatlah menakutkan. Ceritanya ketika saya pertama kali periksa ke dokter, dokter tersebut dengan seriusnya langsung mengatakan kedua lutut saya harus segera dioperasi karena sudah infeksi dan operasi harus dilakukan hari itu juga. Sontak saya pun langsung kaget dan menangis. Mendengar kata operasi saja membuat saya sudah sangat takut. Hal ini yang kemudian membuat saya trauma dan takut untuk memeriksakan sendi lutut saya ke dokter lagi.
Karena anak saya meyakinkan saya bahwa dokter ini adalah dokter keluarga yang sudah puluhan tahun membantu keluarga temannya, saya pun akhirnya mau. Walaupun jujur saja, saya masih takut namun saya mencoba beranikan diri saja. Saya berharap semoga ini adalah jalan keluar bagi saya untuk mengakhiri penderitaan sakit sendi lutut ini.
Jika kita menaiki tangga, beban pada lutut untuk menyangga tubuh akan naik hingga 2,5 kali lipat. Sebaliknya, aktivitas menuruni tangga bisa membuat penambahan beban pada lutut menjadi 3,5 kali lipat lebih berat. Meningkatnya beban inilah yang membuat aktivitas naik turun tangga menjadi sangat melelahkan dan beresiko.
Dan baik mereka yang memiliki berat badan normal atau pun berlebih ternyata sama-sama memiliki resiko untuk mengalami kerusakan lutut jika sering naik turun tangga. Untuk menghindarinya, dokter menasihati jika kita sebaiknya mulai menurunkan beban pada lutut saat naik turun tangga dengan berpegangan pada sisi tangga. Meskipun terlihat sepele, hal ini ternyata bisa menurunkan resiko cedera yang signifikan pada lutut.
Setelah minum obat dari dokter tersebut, sakit sendi lutut saya sudah agak mendingan. Tapi efek samping nya ternyata malah kena di maag saya. Sakit maag saya malah kambuh. Saya jadi dilema, tidak minum obat, sendi lutut saya sakit. Saya minum obat, malah kena efek samping yang tidak kalah menyiksa.
Lalu teman aerobik saya datang ke rumah saya, dia bercerita kalau punya permasalahan yang sama dan dia biasanya mengkonsumsi glucosamine untuk mengobati sakit lututnya. Saya lantas bertanya apa ada efek samping dari obat tersebut? Dia menjawab kalau glu******ne ini bisa meningkatkan kadar gula dalam darah, dan dia juga sebenarnya ingin berhenti karena sejak konsumsi obat tersebut kadar gula darahnya meningkat terus. Tapi apa daya namanya sudah sakit ya mau tidak mau harus konsumsi juga.
Saya tidak mau kena efek samping itu juga, masa iya sudah kena maag malah kena lagi diabetes. Bukannya sembuh, malah tambah penyakit saja. Dan akhirnya dalam kegalauan saya, saya dikasih rekomendasi oleh kakak saya yang bekerja di salah satu perusahaan farmasi ternama Imedco Djaja untuk minum suplemen terbarunya. Nama produk tersebut adalah YUSITU. Katanya suplemen tersebut aman dan tidak ada efek samping karena terbuat dari bahan-bahan yang alami. Kandungan bahan aktif utamanya adalah kolagen tipe II yang tidak jenuh dengan bahan dasar dari tulang lunak ayam.
Saya kemudian minum YUSITU selama 3 bulan, dan hasilnya sakit sendi lutut saya hilang, saya juga sudah tidak pernah ada keluhan pada maag lagi. Saya tidak merasakan ada efek samping sama sekali. Saya juga merekomendasikan kepada teman sesama member aerobik saya untuk minum YUSITU ini sehari 1x karena sudah terbukti khasiatnya yang sangat bagus pada diri saya sendiri.
Saya berharap agar Anda yang sedang membaca kisah ini jangan sampai mengulangi kesalahan saya. Saya hampir saja terlambat memberi pertolongan yang tepat untuk sendi lutut saya, untung saja masih sempat. Jika tidak, hal tersebut mungkin akan menjadi penyesalan terbesar seumur hidup saya. Ingat bahwa penyesalan selalu datang di akhir, keputusan tepat yang Anda ambil hari ini dapat menyelamatkan hidup Anda di masa depan.